Ada Jembatan Pulau Balang, Balikpapan Ke Ibu Kota Baru Hanya 1 Jam?

Ada Jembatan Pulau Balang, Balikpapan Ke Ibu Kota Baru Hanya 1 Jam?

IBUKOTAKITA.COM-Hutama Karya memastikan proyek Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Balikpapan dan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, bakal rampung tepat waktu pada tahun 2021. Jembatan ini bakal jadi kunci akses ke ibu kota baru Indonesia, meningkatkan konektivitas jalur Trans Kalimantan dan mendorong perekonomian setempat.

Kepala Proyek Jembatan Pulau Balang, Dhono Nugroho, menyampaikan per April 2020, progres proyek ini telah mencapai 76,581%. Ia juga menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi saat menggarap proyek ini.

“Dari segi fisik, pekerjaan tiang jembatan dapat dikatakan 95% selesai. Saat ini proses pekerjaan dek jembatan dengan metode balance cantilever,” ujar Dhono dalam keterangan tertulis seperti ditulis ibukotakita.com, Senin (4/5/2020)

Lalu apa keistimewaan Jembatan Pulau Balang ini?

Kehadiran Jembatan Pulau Balang II akan memperlancar konektivitas antara Samarinda, Balikpapan dengan ibu kota baru di Kabupaten Penajam Paser Utara.

“Jembatan Pulau Balang II akan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas pada Lintas Selatan Kalimantan sebagai jalur utama angkutan logistik karena jarak dan waktu tempuh menjadi lebih singkat,” kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis di Jakarta, belum lama ini, seperti ditulis Liputan6.com.

Saat ini, kendaraan dari Balikpapan menuju Penajam yang menjadi lokasi ibu kota baru dan selanjutnya ke Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan dan kota lainnya, harus memutar dengan jarak sekitar 100 km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.

Dengan adanya jembatan tersebut, nantinya jarak akan menjadi lebih pendek menjadi hanya sekitar 30 km dan perjalanan dapat disingkat hanya dalam waktu satu jam.

Selain sebagai penghubung jaringan jalan poros selatan Kalimantan, jembatan ini juga mendukung rencana pengembangan pelabuhan peti kemas Kariangau dan kawasan industri Kariangau.

Konstruksi jembatan tipe cable stayed ini terdiri dari bentang utama sepanjang 804 meter, jembatan pendekat sepanjang 167 meter, dan jalan akses sepanjang 1.807 meter. Biaya pembangunan jembatan adalah Rp 1,38 triliun.

Sementara untuk jalan akses di sisi Penajam dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dan jalan akses Balikpapan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XII Balikpapan Ditjen Bina Marga Refly Ruddy Tangkere mengatakan, saat ini konstruksi Jembatan Pulau Balang II sudah memasuki proses pengecoran lantai jembatan dan pemasangan pertama cable stayed jembatan.

Menurutnya pekerjaan konstruksi sempat terkendala karena pembebasan lahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah namun sudah bisa dibayarkan secara tuntas pada akhir 2018.

“Selain itu juga terdapat faktor teknis terkait pemasangan casing bore pile karena terdapat lapisan batu yang sangat keras, sehingga harus mengubah metode pemancangannya. Metode ini dilakukan untuk menghancurkan batu di kedalaman air yang memiliki tingkat kekerasan tinggi, setelah hancur batu diangkat dan kemudian dilakukan pemancangan,” jelas Refly.

Tantangan lainnya menurut Refly adalah curah hujan dan arus air laut yang tinggi. Selain itu, sebagian besar material harus didatangkan dari luar Kalimantan, seperti semen dari Makassar, pasir agregat dari Palu, dan fly ash campuran beton dari Probolinggo, dan alat berat dari Jakarta.

Jembatan tersebut  akan dilengkapi teknologi structural health monitoring system (SHMS) berupa sensor yang berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan konstruksi jembatan. Pusat pemantauan tersebut saat ini sedang dibangun di bawah Jembatan Pulau Balang II.

Menurutnya sensor seperti itu sudah diaplikasikan pada empat jembatan lainnya di Indonesia, yakni di Jembatan Suramadu, Jembatan Ir. Soekarno di Manado, Jembatan Merah Putih Ambon, dan Jembatan Musi IV Palembang.

Leave your comment
Comment
Name
Email