Ibu Kota Baru di Kaltim Dikonsep ala Manhattan, Ini Janji Pemerintah

Ibu Kota Baru di Kaltim Dikonsep ala Manhattan, Ini Janji Pemerintah

IBUKOTAKITA.COM-Seperti diketahui kawasan ibu kota baru di Kalimantan Timur (Kaltim) akan dikonsep menyerupai Manhattan, Amerika Serikat. Padahal kita tahu Manhattan identik dengan hutan beton, penuh gedung-gedung pencakar langit. Lantas, apakah ibu kota baru juga akan penuh gedung-gedung pencakar langit?

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menegaskan pemerintah akan membangun Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim) tanpa merusak lahan hutan yang ada.

Bahkan, ia memastikan tak akan ada hutan beton atau gedung-gedung tinggi yang mendominasi IKN.

“Jadi kita benar-benar mempertimbangkan apa yang diperdebatkan orang-orang. Kita tidak akan bikin hutan beton di sana. Tentu tidak, mungkin build up area hanya sekitar 30%,” kata Suharso dalam penutupan Dialog IKN VI di kantornya, Jakarta, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (11/2/2020).

Ia menuturkan, pembangunan area pemukiman di Kaltim akan berbeda dengan Jakarta. Pemerintah tak akan mengulangi kasus kepadatan pemukiman seperti di Jakarta.

“Kalau di Jakarta per hektare [Ha] 50 orang, kira-kira di sana sekitar 20-an per Ha. Jadi kalau panggil orang seperti tarzan,” imbuh dia.

Bahkan, dengan masuknya Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto yang merupakan kawasan konservasi ke wilayah IKN justru akan mengembalikan fungsi aslinya.

“Kami akan kembalikan fungsi hutan yang sempat rusak termasuk Tahura Soeharto yang kita pulihkan fungsinya. Jadi banyak hal-hal lingkungan hidup ini jadi bagian utama bahkan mainstream di dalam masterplan dan detail plan di ibu kota mendatang,” terang Suharso.

Selain itu, pemerintah berencana membangun IKN yang modern sehingga menjadi kota percontohan bagi kawasan lainnya di Indonesia.

“Tentu pembangunan kota baru ini bisa menjadi gap. Jadi di sana dia lebih canggih yang lain ketinggalan. Tentu kita ingin dia trendsetter di Indonesia, yang ramah lingkungan, zero carbon development, dan sustain, bisa tersedia co-working space di mana-mana, orang bisa bekerja dengan gaya baru tapi produktivitasnya tinggi,” tutup Suharso. (Detik)

Leave your comment
Comment
Name
Email