Ini Alasan Ada Bandara Khusus Kepresidenan

Ini Alasan Ada Bandara Khusus Kepresidenan

Ibukotakita-Ibu kota baru Panajam Paser Utara dan Kutai  Kartanegara, Kalimantan Timur bakal dilengkapi dengan bandara khusus penerbangan kepresidenan dan tamu sangat penting atau very very important person (VVIP)

Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Perhubungan Kemenhub, Sugihardjo mengatakan, bandara baru itu guna menangani penerbangan pesawat kepresidenan dan melayani pergerakan tamu negara. Selama ini, pesawat kepresidenan harus menunggu jadwal penerbangan reguler jika Presiden menggunakan bandara umum.

“Kalau kami mendesain ini bandara khusus kegiatan negara, tamu-tamu negara, ini kita akan bangun, lokasinya dekat, seperti jarak pusat kota ke Bandara Halim Perdanakusuma, sekitar 25 km,” jelasnya, Kamis (10/10/2019).

Kemenhub juga merancang pembangunan transportasi regional dari dan menuju wilayah ibu kota baru di Panajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur lebih modern. Pergerakan konektivitas regional akan dibangun untuk memfasilitasi berbagai kepentingan masyarakat dari dan menuju ibu kota baru tersebut.

Dia menegaskan optimalisasi yang pertama yakni melalui jalur udara. Bandara Samarinda dan Bandara Sepinggan Balikpapan dimaksimalkan perannya untuk penerbangan komersial.

“Nanti ditingkatkan di Balikpapan terminalnya sampai 30.000 penumpang, landasan pacunya 3.250 m x 60 m, di Samarinda juga ditingkatkan untuk kapasitas 20.000 penumpang, itu untuk digunakan masyarakat umum,” paparnya.

Di angkutan laut, dia menyatakan pelabuhan akan akan memanfaatkan Teluk Balikpapan. Menurutnya, keberadaan Teluk Balikpapan ini akan menjadi pusat aktivitas logistik di wilayah Kalimantan. Teluk Kalimantan merupakan tempat paling cocok untuk pelabuhan, karena relatif tidak ada ombak, dangkal dan tempatnya luas.

“Di teluk ombak relatif kecil kedalaman alurnya bisa di atas 13 meter, lebarnya bisa 5 km–7 km. Ini jadi pusat distribusi logistik di Pelabuhan Semayang, Ikariano, semua ada,” tegasnya.

Adapun dengan pemanfaatan lahan dapat dibangun pelabuhan baru dengan pendekatan smart and eco port seperti di Teluk Lamong.

Untuk konektivitas dari sisi darat, keberadaan tol yang menghubungkan Balikpapan-Samarinda akan diperluas sehingga dapat mencakup daerah ibu kota baru dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. “Jalan tolnya pertama dihubungkan ke Bandara Balikpapan dan ke ibu kota baru, jalan tol menghubungkan termasuk keretanya, mencakup ke bandara pula,” katanya.

Khusus konektivitas rel atau kereta pergerakan regional yang menghubungkan ibu kota baru dengan provinsi di daerahnya diupayakan menggunakan light rapid transit (LRT).

Penggunaan LRT tersebut mengacu pada dua pertimbangan, yakni green transport atau transportasi ramah lingkungan serta harapan teknologi turunan dari LRT untuk diterapkan pada moda kereta api di Indonesia. “Kalau pakai KRD itu relatif ketinggalan, PT Inka juga, sehingga harus berkembang,” imbuhnya.  (JIBI/Rinaldi Mohammad Azka)

Leave your comment
Comment
Name
Email