Jaringan Seluler Ibu Kota Baru, Operator Tunggu Pembangunan Dimulai

Jaringan Seluler Ibu Kota Baru, Operator Tunggu Pembangunan Dimulai

IBUKOTAKITA.COM- Operator seluler fokus dalam mendekatkan jaringan mereka ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara pada tahun ini. Operator belum memulai pembangunan infrastruktur telekomunikasi secara agresif di dalam kedua kota tersebut. Operator menunggu perpindahan ibu kota dilakukan atau memperoleh gambaran jelas terkait rencana pembangunan ibu kota.

Group Head Corporate Communications XL Axiata, Tri Wahyuningsih mengatakan bahwa perseroan sudah memiliki infrastruktur yang cukup baik dan kuat di Provinsi Kalimantan Timur, tempat ibu kota baru Indonesia dibangun.

XL telah mengoperasikan jaringan tulang punggung serat optik di Kalimantan Timur, yang juga terhubung dengan Sulawesi, Bali-Lombok, Jawa, dan Sumatera. Serat optik berguna untuk menyalurkan internet cepat dan menjamin kenyamanan pelanggan dalam berinternet sekaligus membantu pemerintahan berbasis digital.

Ayu mengatakan bahwa pemanfaatan serat optik tidak hanya dilakukan pada jaringan tulang punggung, melainkan untuk menghubungkan sejumlah kota di Kalimantan. Adapun mengenai rencana pembangunan jaringan di dalam ibu kota baru, XL masih menunggu hingga perpindahan ibu kota terjadi.

“Kami tentu juga akan mulai menperluas ekspansi jaringan di dalam Ibu Kota baru sejalan dengan proses perpindahan ibu kota nantinya,” kata Ayu kepada Bisnis, Senin (6/1/2020).

Ayu menambahkan bahwa saat ini jaringan data XL Axiata telah berada di sekitar wilayah ibu kota baru atau tersedia di 9 kota/kabupaten di Kalimantan Timur, dengan dukungan total lebih dari 2000 BTS.

Khusus jaringan 4G LTE, saat ini sudah masuk ke 7 Kabupaten/kota, dengan lebih dari 700 BTS. Adapun Kota/kabupaten yang sudah terlayani jaringan data XL Axiata di Kalimantan Timur meliputi Balikpapan, Samarinda, Bontang, Berau, Kutai Timur, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser dan Penajam Paser Utara.

Dengan hadirnya jaringan XL di sejumlah kota tersebut artinya, penggelaran jaringan ke lokasi ibu kota baru nantinya tidak akan memakan waktu lama. Sebab, XL hanya perlu menarik jaringan dari wilayah terdekat ke ibu kota baru

Sementara itu, Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk., Merza Fachys mengatakan bahwa perseroan siap untuk mendukung tersedianya infrastruktur telekomunikasi agar masyarakat dapat berkomunikasi di Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara.

Meski demikian, sambungnya, Smartfren berharap agar pemerintah ikut memfasilitasi hadirnya infrastruktur telekomunikasi di ibu kota baru, dengan membangun infrastruktur utama seperti jaringan transmisi tulang punggung dengan kapasitas besar.

Pemerintah juga dapat terlibat dalam membangun sarana dan prasarana seperti ducting bersama, menara telekomunikasi, dan lainnya. “Jadi dapat disimpulkan kapanpun pemerintah mencanangkan tanggal pemindahan ibu kota, Smartfren sudah siap untuk mengembangkan lebih lanjut ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara,” kata Merza.

Pada tahun ini, Smartfren berencana menambah sekitar 6.000 BTS baru yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan ekspansi ke daerah baru. Adapun untuk membangun jaringan di dalam ibu kota baru, Smartfren masih melihat dan mengikuti rencana pembangunan ibu kota baru oleh pemerintah.

Sebelumnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) juga masih menunggu cetak biru rencana pembangunan di Ibu Kota baru. Dalam memberikan akses telekomunikasi ke ibu kota baru, Telkomsel berfokus pada penyediaan sarana telekomunukasi di infrastruktur pendukung seperti ruas jalan tol Balikpapan – Samarinda, bandara Balikpapan, bandara Samarinda, dan fasilitas umum lainnya.

GM Network Operation Quality Management Telkomsel Regional Kalimantan, Rahmad Putra Jaya mengatakan bahwa perseroan akan menambah lima BTS baru dengan frekuensi 900 Mhz untuk ruas jalan tol Samarinda – Balikpapan. Frekuensi rendah digunakan agar cakupan yang diberikan lebih luas sehingga jaringan Telkomsel menutup area yang tidak tersentuh sinyal komunikasi.

Tidak hanya itu, sambungnya, untuk memperluas cakupan perseroan juga melakukan migrasi frekuensi di BTS dari 2.300, 2,100 dan 1.800 Mhz ke frekuensi yang lebih rendah bertujuan untuk memperluas cakupan perseroan. Migrasi disesuaikan dengan kebutuhan Telkomsel. “Kami ganti teknologinya agar jangkauannya lebih luas,” kata Rahmad kepada Bisnis.

Diketahui per Agustus 2019 jumlah BTS Telkomsel di Kalimantan yaitu sebanyak 6.400 BTS 2G, 5.600 BTS 3G, dan 6.100 BTS 4G. Adapun total keseluruhan BTS sebanyak 18.100 BTS dengan 4 BTS sudah menggunakan Massive MIMO.

Adapun khusus di Kabupaten Penajam Paser Utara jumlah BTS Telkomsel yaitu, 70 BTS 2G, 70 BTS 3G dan 100 BTS 4G. Jumlah BTS di Penajam Paser Utara masih sedikit disebabkan populasi yang terdapat di daerah tersebut belum banyak.

Kemudian untuk Kabupaten Kutai Kertanegara jumlah BTS Telkomsel sebanyak 380 BTS 2G, 330 BTS 3G, dan 490 BTS 4G. Adapun total keseluruhan sebanyak 1.200 BTS.

Leave your comment
Comment
Name
Email