Jika Ingin Naik Kelas, Bandara Samarinda Wajib Benahi Dua Hal Ini

Jika Ingin Naik Kelas, Bandara Samarinda Wajib Benahi Dua Hal Ini

IBUKOTAKITA.COM – Peningkatan penerbangan di Bandar Udara (Bandara) APT Pranoto Samarinda sejak dibuka pada November 2018 lalu terbilang cukup signifikan. Jika sebelumnya hanya ditarget diangka 1.500 sampai 2.000 penumpang per hari, namun dalam realitasnya, sehari penumpang yang menggunakan jasa penerbangan di Bandara Samarinda mampu menyentuh angka 3.500 penumpang- 4.000 penumpang.

Tingginya angka permintaan terhadap jasa penerbangan itu berdampak pada meningkatnya aktivitas penerbangan. Sebagai bandara baru, peningkatan yang begitu pesat itu berdampak pada cepat rusaknya taxiway bandara. Puncaknya, yakni dengan ditutupnya bandara tersebut selama hampir 20 hari lamanya pada akhir November dan Desember 2019.

Kepala Unit Pengelola Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto Samarinda Dodi Dharma Cahyadi menyampaikan, dari hasil evaluasi perbaikan taxiway, didapatkan sejumlah rekomendasi dari tim evaluasi dan verifikasi Direktorat Jenderal Bandar Udara (DBU), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Salah satu di antara yang diminta dibenahi segera yakni perbaikan sistem drainase bandara. Pasalnya, dengan intensitas hujan yang kerap mengguyur Samarinda, utamanya Kecamatan Sungai Siring, membuat sistem drainase yang ada saat ini tidak mampu menampungnya. Akibatnya, air banyak mengendap di tanah.

“Karena drainase ini tidak berfungsi dengan baik dan secara kapasitas kurang, air hujan menjadi tergenang. Itu membuat tanah basah dan mudah turun. Apalagi di sekitar bandara ada sungai,” jelas Dodi, Kamis (19/12/2019).

Rekomendasi lainnya yakni, menambah taxiway baru. Saat ini, Bandara APT Pranoto Samarinda baru memiliki satu taxiway. Jika Bandara Samarinda ingin meningkatkan kapasitas dan naik kelas untuk melayani penerbangan internasional, maka UPBU APT Pranoto wajib menambah satu lagi taxiway. Kemudian, panjang taxiway yang ada sekarang juga harus ditambah lagi.

“Kami diminta membuat dua taxiway. Kalau taxiway yang ada sekarang dilintasi setiap hari, maka bebannya cepat turun. Kalau ada dua taxiway, maka dapat menekan penurunan tanah dengan cepat,” tuturnya.

Jika bercermin dengan bandara-bandara besar lainnya di Indonesia, atau Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, mereka mempunyai lebih dari satu taxiway. Ada yang bahkan sampai tiga hingga lima taxiway. Keberadaan taxiway itu membantu bandara membuka pelayanan penerbangan internasional.

“Sementara di Bandara Samarinda hanya ada satu taxiway saja. Itu pun di dalamnya (di tanahnya) berisikan air. Karena (area bandara) itu alur sungai. Kalau pengin kuat, maka perlu dibeton. Rigit. Biar kayak apron. Supaya tanahnya aman. Tidak cepat turun,” imbuhnya.

Usulan perbaikan dan penambahan kapasitas bandara ini sendiri, dikatakan Dodi, akan segera dia sampaikan ke Ditjen Perhubungan Udara. Jika nantinya usulan tersebut diterima, maka pada tahun depan diharapkan pembangunan taxiway baru dan pembenahan drainase bandara sudah masuk dalam perencanaan Kemenhub.

“Saya akan usulkan. Kalau memang diterima dilanjutkan, ya monggo saja. Saya akan bertemu pimpinan tinggi saya di Jakarta. Saya juga akan bertemu Pak Gubernur. Karena peningkatan kapasitas ini merupakan sebuah mandataris. Istilahnya harus. Kalau bisa secepatnya, maka secepatnya taxiway ditambah,” tandasnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email