Kenaikan Laju Inflasi di Balikpapan Tertahan Oleh Harga Komoditas Ini

Kenaikan Laju Inflasi di Balikpapan Tertahan Oleh Harga Komoditas Ini

IBUKOTAKITA.COM-Bank Indonesia Kantor Perwakilan Balikpapan mencatat anjloknya harga pakaian dan alas kaki menjadi penahan laju kenaikan inflasi di wilayah itu.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan kelompok harga pakaian ini mencatatkan deflasi sebesar 0,02 persen month to month (m-t-m). Faktor pendorong inflasi berasal dari penurunan harga baju dalam wanita dan baju anak.

Secara keseluruhan, inflasi di Kota Balikpapan tercatat sebesar 0,31 persen pada Mei. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 0,02 persen. Dengan capaian ini maka secara tahunan (year-on-year/y-o-y), inflasi Balikpapan menjadi 1,35 persen

Bank Indonesia memperkirakan mulanya inflasi di wilayah ini sebesar 3 persen plus minus 1.

“Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi pada bulan laporan didorong oleh peningkatan harga kelompok transportasi dengan andil 0,13 persen yang berasal dari peningkatan tarif angkutan udara seiring dengan mulai dibukanya penerbangan angkutan udara oleh pemerintah,” kata Bimo, Selasa (2/6/2020).

Bimo menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10 persen. Penyebabnya adalah kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti bawang merah, daging ayam ras, dan jagung manis.

Kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan menjelang Lebaran.

“Kelompok komoditas lainnya yang menyumbang inflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,05 persen yang dipicu kenaikan harga emas perhiasan melanjutkan tren kenaikan dalam 4 bulan terakhir,” jelasnya.

Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami kenaikan 0,04 persen yang berasal dari penyesuaian tarif telepon seluler.

“Ke depan, terdapat beberapa faktor yang diperkirakan masih akan memberi tekanan inflasi, di antaranya gangguan produksi seiring dengan cuaca yang belum kondusif di daerah pemasok, kenaikan tarif transportasi seiring dengan pemberlakuan kebijakan new normal yang mengurangi pembatasan pergerakan penduduk, dan potensi berlanjutnya peningkatan harga emas dunia,” ucap Bimo. (JIBI/Bisnis Indonesia/Jaffry Prabu Prakoso)

Leave your comment
Comment
Name
Email