Kendalikan Inflasi, TPID Kaltim Susun Mekanisme Kerja Sama Dengan Daerah Produsen

Kendalikan Inflasi, TPID Kaltim Susun Mekanisme Kerja Sama Dengan Daerah Produsen

IBUKOTAKITA.COM-Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mulai menyusun mekanisme kerja sama dengan daerah produsen guna mengendalikan inflasi dari kelompok bahan makanan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Tutuk SH Cahyono mengatakan bahwa pemenuhan konsumsi bahan makanan yang berasal dari luar daerah menjadikan Bumi Etam lebih rentan mengalami inflasi dibandingkan daerah produsen. Adapun, mayoritas bahan makanan di Kaltim berasal dari luar daerah.

“Untuk itu, TPID mulai menyusun mekanisme kerjasama antara kabupaten/kota yang berada di wilayah Kalimantan Timur dengan daerah produsen seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, ataupun Sulawesi Selatan,” tuturnya, Kamis (2/7/2020).

Inflasi Kaltim pada Juni 2020 tercatat mencapai 0,22% (m-to-m). Adapun, inflasi secara tahunan mencapai 1,52% (y-on-y) lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang mencapai 1,96% (y-on-y).

“Inflasi periode ini disebabkan mulai meningkatnya harga komoditas bahan makanan yang sempat merosot harganya pada awal pandemi serta relaksasi pembatasan kegiatan masyarakat,” katanya.

Tutuk menjelaskan bahwa berdasarkan pengeluarannya, inflasi bersumber dari kelompok makanan, minuman, serta tembakau dan transportasi. Masing-masing kelompok ini mengalami kenaikan sebesar 1,28% dan 0,35%.

“Meskipun aktivitas ekonomi masyarakat belum sepenuhnya berjalan seperti masa sebelum Covid-19, tetapi mulai dibukanya kembali restoran dan pusat perbelanjaan secara terbatas turut meningkatkan permintaan sehingga mempengaruhi inflasi,” jelasnya.

Berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras, bawang merah, dan angkutan udara menjadi tiga komoditas yang memberikan andil terbesar kepada inflasi periode ini. Kenaikan harga daging ayam ras disebabkan mulai meningkatnya permintaan di tengah pasokan dari peternak yang menurun.

Harga daging ayam ras yang sangat rendah pada kisaran April 2020 mendorong peternak untuk menunda proses pengeraman telur sehingga berdampak pada penurunan pasokan ayam ras.

Sementara itu, harga bawang merah yang juga mengalami peningkatan yang disebabkan belum masuknya komoditas ini setelah hari raya Idulfitri. Pada awal Juni, harga bawang merah mencapai Rp67.500/kg namun kemudian berangsur turun hingga Rp48.900/kg. (JIBI/Bisnis Indonesia/Jaffry Prabu P.)

Leave your comment
Comment
Name
Email