Mengenal Tradisi Mesiwah Pare Gumboh Suku Dayak Liyu Kalsel

Mengenal Tradisi Mesiwah Pare Gumboh Suku Dayak Liyu Kalsel

IBUKOTAKITA.COM-Selain busana adat dan hasil kerajinan tangan, Suku Dayak juga memiliki sejumlah kesenian tradisional dan ritual yang patut dilestarikan karena kebudayaan merupakan kekayaan nasional Indonesia.

Mari kita mengenal salah satu tradisi Dayak Liyu Gunung Riwut. Ada atraksi mandi bara api.

Suku Dayak (Dayak Deah, Dayak Balangan, dan Dayak Pitap) yang menghuni pedalaman di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, memiliki ragam ritual atau disebut aruh seperti aruh batimbuk, aruh baharin, aruh puja mea, aruh balian, aruh buntang, mesiwah pare gumboh, dan sebagainya. Semua tradisi itu adalah ciri khas masyarakat dayak dalam mensyukuri berkah alam, atau cara mendoakan leluhur mereka.

Salah satu ritualnya bernama Mesiwah Pare Gumboh, yakni ritual perayaan panen bersama yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat Dayak Liyu Gunung Riwut di Kabupaten Balangan, Kalsel. Lokasinya sekitar 62 kilometer dari Paringin, ibu kota Balangan.

Dikutip dari Detik.com, Senin (17/2/2020), dalam perayaan itu, masyarakat dayak akan menyerahkan hasil panen yang masih mentah kepada tetua adat yang disebut dengan Nyerah Ngemonta, yang selanjutnya oleh tetua adat sebagai pelaksana ritual akan disampaikan pada sang pencipta (Ngemonta). Masyarakat Dayak yang memiliki hasil panen meminta pada tetua adat/pelaksana ritual agar memintakan restu dan rasa syukur pada Sang Pencipta atas hasil perolehan panen yang melimpah (Nengkuat Mulukung).

Perayaan Mesiwah Pare Gumboh ini akan diakhiri dengan ritual Besoyokng dan Mengudang, di mana tetua adat meminta restu dan mengucap rasa syukur pada Sang Pencipta atas hasil panen yang diperoleh. Di akhir ritual akan mandi bara api.

Seluruh masyarakat Dayak Liyu akan berbondong-bondong mengikuti upacara meilai dari kirab, hingga pelaksanaan upacara diselenggarakan di depan balai adat Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Selain masyarakat adat Liyu, biasanya juga dihadiri oleh para tetua adat dayak dari wilayah lain di sekitar Pegunungan Meratus.

Para tetua adat dari berbagai wilayah di Kalimantan ini akan turut serta berkumpul dan bertemu di Mesiwah Pare Gumboh selama 3 (tiga). Di tahun lalu berlangsung sejak tanggal 26-28 Juli 2019.

Menurut Juhri Atak (74) selaku Demang atau tetua adat Dayak Liyu, ia mengatakan bahwa upacara adat Mesiwah Pare Gumboh ini sebenarnya adalah wujud rasa syukur pada semesta dan Tuhan. Karena, ada limpahan karunia yang telah diberikan pada alam dan segala isinya di bumi Liyu.

Budiyanto (40) selaku ketua panitia menjelaskan bahwa upacara adat Mesiwah Pare Gumboh di desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan juga akan dihadiri sejumlah peneliti, dosen, dan traveler dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka akan menginap selama 3 hari di rumah-rumah penduduk, dan mengikuti proses ritual langka yang diselenggarakan oleh masyarakat Dayak Liyu.

Menurut rencana, Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten, Balangan akan diselenggarakan setiap tahun. Penyelenggaraan acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Dayak Liyu secara mandiri, panitia berharap ke depan pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat dapat turut serta mendukung inisiatif komunitas ini, untuk kemajuan kebudayaan Indonesia.

Leave your comment
Comment
Name
Email