Nostalgia Ancur Paddas Khas Berau

Nostalgia Ancur Paddas Khas Berau

IBUKOTAKITA.COM – Kuliner Ancur Paddas dikenal sebagai kuliner khas suku Banua sejak tahun 1600-an sebagai makanan ringan untuk menjamu tamu di Keraton Kesultanan Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).

Kuliner yang memiliki cita rasa sedikit pedas ini biasanya disuguhkan di rumah-rumah warga pada waktu selamatan menyambut bulan Ramadhan, sebagai menu berbuka puasa, selamatan bulan Syafar, perayaan Bapallas Bidan atau naik ayunan bagi warga yang baru melahirkan, dan acara lain sesuai kebutuhan.

Ancur paddas memiliki manfaat bagi kesehatan karena mudah dicerna. Penggunaan beberapa jenis campuran bumbu atau rempah-rempah juga baik dan berguna untuk kesehatan dan pencernaan. Makanan ini juga bisa dijadikan sebagai obat dan dapat menghilangkan bau badan.

Dikutip Ibukotakita.com dari berbagai sumber, belum lama ini, selain ancur paddas ada pula air paddas. Air yang terbuat dari rebusan jahe ini biasanya diminum oleh ibu yang baru saja melahirkan. Konon katanya, bagi orang yang meminumnya dapat mengembalikan bentuk perut ibu setelah melahirkan, selain itu juga bisa membuat ibu tersebut tetap sehat dan kuat.

Untuk membuat makanan ini, bahan yang diperlukan yaitu beras, bikin atau tudai, buah labu, air, minyak goreng, daun singkil, jaung, udang kering, dan sayur mayur. Adapun bumbu yang dipakai adalah bawang merah, bawang putih, serai, jahe atau pamaddas, laos, kunyit, ketumbar, merica, kemiri, dan garam.

Pembuatannya cukup mudah, yaitu beras dicuci terlebih dahulu, lalu di sangrai hingga harum, kemudian dicampur air dan dimasak jadi bubur. Bumbu dihaluskan kemudian disangrai, baru dimasukkan kedalam bubur dan diaduk sampai merata. Sebelum diangkat, masukkan udang kering, tambahkan garam secukupnya dan sayur mayur. Setelah itu hidangkan dalam keadaan masih panas.

Ancur paddas saat ini menjadi penganan khas Berau yang dikenal sebagai bubur khas Berau yang unik dan memiliki rasa yang nikmat. Bahkan makanan ini sering dijadikan sebagai makanan pembuka di rumah makan. (Mikola Muhammad Akbar)

Leave your comment
Comment
Name
Email