Perpanjangan Stimulus Untuk UKM Kaltim Tergantung Penerapan New Normal

Perpanjangan Stimulus Untuk UKM Kaltim Tergantung Penerapan New Normal

IBUKOTAKITA.COM-Stimulus atau bantuan untuk usaha kecil mikro dan menengah (UKM) di Kalimantan Timur (Kaltim) berakhir Juni 2020. Perpanjangan tergantung penerapan new normal.

Pemerintah Provinsi Kaltim masih belum menerapkan tatanan hidup baru atau new normal. Selain menunggu permintaan dari kabupaten dan kota, Bumi Etam sedang fokus menekan penyebaran pandemi Covid-19.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kaltim (Perindagkop UMKM Kaltim), Fuad Asaddin, mengatakan bahwa program yang dilakukan saat ini yaitu memberikan intensif kepada pelaku usaha berupa uang tunai. Tujuannya agar tetap bisa bertahan di tengah wirausaha yang terhenti.

“Jadi di Kaltim ini kan bukan hanya provinsi saja yang memberikan, tapi juga kabupaten dan kota. Jadi kalau di Kaltim ada sekitar 307.000 pelaku usaha, hampir semua tersalurkan,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (14/6/2020).

Fuad menjelaskan bahwa awalnya bantuan diberikan untuk pelaku usaha sebesar Rp1,5 juta untuk skala kecil dan menengah serta Rp2 juta skala yang lebih besar selama 3 bulan.

Akan tetapi itu merupakan besaran untuk pemulihan ekonomi pada 2021. Akhirnya jumlah menjadi Rp250.000.

Bantuan yang sudah diserahkan pada April lalu akan berakhir bulan ini. Pemerintah Kaltim belum bisa memastikan apakah akan memperpanjang bantuan atau tidak.

Mereka menunggu keputusan dari pemerintah pusat agar kebijakan seragam. Percuma jika menambah jangka tetapi tidak ada landasan hukum.

“Kalau kebijakan new normal sudah berlaku, ya saya inginnya 3 bulan saja. Tapi karena belum berlaku, ya kita tunggu. Yang jelas kebijakan untuk saat ini sampai Juni,” jelas Fuad

Sementara itu berdasarkan data Dinas Perindagkop UMKM melalui survei dari 7,105 pelaku usaha tentang masalah Covid-19, sebanyak 57,9 persen mengeluhkan penjualan yang sulit. 22,13 persen tentang permodalan.

Selanjutnya 10,49 persen kesulitan operasional. Sisanua soal produksi dan bahan baku.

“Nah, jadi diduga persoalan di Kaltim ini tidak saja disebabkan karena Covid-19 tapi memang ada daya beli masyarakat yang turun. Ditambah Covid-19 sehingga pemasaran jadi sulit,” ucap Fuad.

Untuk mengatasi keluhan utama tersebut, pemerintah Kaltim melakukan pelatihan pemasaran via daring. Diperluas juga pemanfaatan internet dan menyediakan tenaga konsultan.

Akan tetapi memang pangsa pasar yang lesu. Sehingga sebanyak apapun produk yang dihasilkan, sedikit yang terserap.

“UMKM kita siap saja untuk berproduksi. Makanya salah satu caranya ya melalui bantuan langsung tunai kepada masyarakat,” terang Fuad. (JIBI/Bisnis Indonesia/Jaffry Prabu P.)

Leave your comment
Comment
Name
Email