Peserta CPNS Berharap Jimat ke Dukun, Ini Tanggapan Tokoh Agama

Peserta CPNS Berharap Jimat ke Dukun, Ini Tanggapan Tokoh Agama

IBUKOTAKITA.COM – Apapun alasannya, mengharapkan jimat atau jampi-jampi dari dukun atau paranormal hanya agar dapat lolos seleksi penerimaan calon pegawai negeri (CPNS) seperti yang dilakukan sejumlah orang di Kota Samarinda, tidak dibenarkan secara agama. Baik ulama maupun pastor senada tidak membenarkan hal itu. Perbuatan itu dianggap menduakan Allah sebagai Sang Pencipta dan Pemberi.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Haiban mengatakan, mengharapkan jimat atau jampi-jampi dari seorang dukun sama halnya dengan mengorbankan diri. Menjadikan dukun sebagai guru spiritual sama halnya dengan mengingkari kekuasaan Allah sebagai Maha Pencipta dan Maha Pemberi.

“Niatnya mau mencari ikan teri tapi dia melepaskan ikan kakapnya. Jangan mengorbankan diri dan menggadaikan keimanan hanya untuk kebahagiaan sesaat,” ucap dia, Kamis (28/11/19).

Hidup manusia di dunia ini teramat sangat singkat ketika tidak dimanfaatkan dengan baik. Apalagi sampai menduakan Tuhan dengan cara mengharapkan kesuksesan dan ketenaran dari seorang dukun atau paranormal.

Dari sisi usia, rata-rata mereka yang mengikuti seleksi CPNS sekarang berusia 25 tahun. Menjadi seorang pegawai maksimal 60 tahun. Artinya, hanya selama 35 tahun seseorang bisa menikmati hidupnya sebagai PNS. Lalu apa yang ingin dibawa mati kelak?

“Kalau hanya 35 tahun saja kemudian tidak ada apa-apanya lagi. Sementara kalau mau mengorbankan akidah itu kan selamanya. Hadis nabi sudah jelas. ‘Apabila dia mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu lalu dia mengikutinya, maka dia termasuk syirik,” katanya.

Semestinya manusia menjadikan Allah sebagai sandaran untuk memohon dan berdoa atas usaha yang ingin diraih. “Manusia seharusnya meminta segala sesuatu kepada Sang Pencipta. Di dalam hadis sudah jelas dikatakan ‘berdoalah kepada Tuhanmu!” sambungnya.

Mengharapkan pertolongan selain kepada Allah, apalagi dengan cara meminta jimat dan jampi-jampi dari dukun, sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Perbuatan tersebut dianggap sebagai sebuah kekeliruan dan perbuatan menduakan Sang Pencipta.

“Berharap kepada dukun itu sangat keliru. Nabi Muhammad sudah menyatakan ‘siapa yang mendatangi dukun dan menanyakan suatu hal kemudian dia membenarkan, berarti dia telah mengingkari Alquran,” jelasnya.

Begitu juga ketika bertanya kepada dukun walau tidak mempercayainya, pun tetap dianggap mengingkari kekuasaan Sang Pencipta. “Salatnya tidak akan diterima selama 40 hari. Kalau memang mau bertanya, seharusnya kepada ahlinya. Contohnya kepada orang yang pernah bekerja di kepegawaian. Mereka tahu seluk beluknya,” tambah dia.

Hal senada juga disampaikan Pastor Paroki Katedral Samarinda, RD Moses Komela Avan. Menurut dia, di agama Katolik, mengharapkan jimat atau jampi-jampi dari seorang dukun juga tidak dibenarkan. Perbuatan itu sama halnya dengan berhala.

“Kalau mau meminta kemudahan, ya minta sama Tuhan. Tuhan menugaskan kita untuk menjalani kehidupan dengan dua hal, usaha dan doa. Boleh berdoa, tapi jangan mengharapkan sesuatu di luar keyakinan kita,” tuturnya.

Seorang manusia semestinya menunjukkan usaha dengan cara belajar dan berusaha. Kemudian dengan berdoa kepada Tuhan untuk mengharapkan diberi kemudahan. Setelah berusaha dan berdoa, maka biarkan Tuhan yang menyempurnakan hasilnya.

“Manusia berikhtiar, berusaha, melakukan sungguh-sungguh apa yang merupakan tugas dan tanggung jawab kita. Selebihnya Tuhan menyempurnakan dengan rahmat dan berkatnya. Ketika menggunakan kekuatan lain yang bukan Tuhan, jelas bertentangan dengan ajaran agama,” tegasnya.

Dia menambahkan, seleksi penerimaan CPNS yang dibuka pemerintah semestinya dijadikan ajang untuk menunjukkan usaha dan prestasi terbaik. Bukan kemudian mencari kesuksesan dengan jalan pintas dan meminta bantuan di luar Tuhan. Karena mereka yang lulus tes CPNS nantinya akan mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

“Formasi CPNS itu diharapkan untuk mencari mereka yang benar-benar mampu. Yang mau mendedikasikan diri untuk masyarakat. Kita harusnya menyiapkan diri dengan belajar dan berjuang. Selebihnya biar Tuhan yang menyempurnakannya,” tutupnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email