Terkikis Aktivitas Perkapalan, Pesut Mahakam di Ambang Kepunahan

Terkikis Aktivitas Perkapalan, Pesut Mahakam di Ambang Kepunahan

IBUKOTAKITA.COM – Bagi warga Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara (Kukar), Pesut Mahakam bukan sekadar hewan air yang menghuni Sungai Mahakam, tetapi hewan air sejenis dolpin atau lumba-lumba air tawar tersebut adalah ikon yang menjadi kebanggaan masyarakat Kaltim.

Bagaimana tidak, hewan yang memiliki nama latin orcaella brevirostris itu adalah lumba-lumba air tawar yang hanya berada di Sungai Mahakam. Artinya, hewan itu menjadi hewan simbol khas Kaltim yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya di Indonesia.

Namun sayang, hewan yang memiliki sebutan irrawaddy dolpin dalam bahasa Inggris itu, keberadaannya kini di ambang kepunahan. Hingga saat ini, jumlah pesut Mahakam diperkirakan tidak lebih dari 100 ekor lagi. Hal itu dapat dilihat dari sudah jarangnya pesut Mahakam terlihat di Sungai Mahakam.

Sejarawan Kaltim Muhammad Sarip menyebutkan pertumbuhan aktivitas perkapalan di Sungai Mahakam yang begitu drastis dari tahu ke tahun, membuat Pesut Mahakam tidak pernah lagi memunculkan diri di atas sungai. Saat ini, Pesut Mahakam diperkirakan sudah banyak berdiam di hulu Sungai Mahakam yang tidak terlalu ramai dengan gemuruh suara mesin kapal bermotor.

“Pesut Mahakam umumnya hidup bergerombolan di wilayah perairan yang banyak ikan, karena makanan utamanya adalah ikan. Daerah yang kemungkinan masih banyak terdapat habitat Pesut Mahakam berada di Kecamatan Kota Bangun dan Muara Muntai,” ungkapnya kepada media ini belum lama ini.

Ada alasan mengapa hewan mamalia tersebut memilih tinggal di kedua daerah tersebut, antara lain, di kedua kecamatan itu terdapat danau-danau besar yang masih memiliki banyak ikan dan terhubung dengan saluran atau sungai-sungai kecil yang bisa menjadi pintu keluar masuk ikan ke Sungai Mahakam atau ke danau.

“Kalau pada musim kemarau, atau ketika danau mulai kering, ikan-ikan biasanya berpindah ke Sungai Mahakam. Pesut Mahakam biasanya akan muncul di bagian muara saluran air yang menghubungkan danau dengan sungai, hewan ini akan memakan ikan yang hendak bermukim ke Sungai Mahakam,” jelasnya.

Sarip menyebutkan, berdasarkan data Dinas Perikanan Kaltim 1976, memperkirakan populasi Pesut Mahakam antara 1.500-2000 ekor. Kemudian menurut penelitian Kreb, rata-rata kematian Pesut Mahakam antara 1995 hingga 2007 adalah sekitar 4 ekor per tahun.

“Dan populasi Pesut Mahakam pada 2007 diperkirakan tinggal sekitar 91 ekor saja lagi. Kemudian pada penelitian yang dilakukan 2012, jumlah Pesut Mahakam diprediksi hanya sekitar 92 ekor, ada satu tambahan saja,” bebernya.

Beberapa kali terungkap, ada Pesut Mahakam yang ditemukan mati setelah tersangkut atau terperangkap jala nelayan yang terbentang di Sungai Mahakam. Umumnya Pesut Mahakam yang ditemukan meninggal di jala tersebut mati karena kehabisan oksigen. Ada pula yang ditemukan mati mengenaskan setelah terkena kipas mesin kapal.

“Penangkapan ikan oleh nelayan dengan racun juga berandil besar membunuh Pesut Mahakam. Karena ikan yang terkena racun itu, juga dimakan oleh Pesut Mahakam. Begitu juga dengan kegiatan penyetruman di sungai dengan generator berdaya tegangan tinggi bisa membunuh Pesut Mahakam. Aktivitas lalu lintas kapal tongkang pengangkut batu bara juga berdampak buruk terhadap habitat Pesut Mahakam,” imbuhnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email