Bantuan Masih Minim, Korban Banjir Samarinda Krisis Makanan 

Bantuan Masih Minim, Korban Banjir Samarinda Krisis Makanan 

IBUKOTAKITA.COM – Hingga Rabu (15/1/2020), banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kota Samarinda belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mulai surut. Tak pelak, hal ini mulai membuat warga khawatir. Lantaran, persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang mereka punya kian menipis.

Kekhawatiran itu salah satunya dialami para warga yang bermukim di Perumahan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara. Daerah ini menjadi selalu menjadi langganan banjir bila musim penghujan tiba.

Tidak hanya itu, banjir yang melanda wilayah setempat juga tidak terbilang kecil. Seperti yang terjadi pada tahun lalu atau sekarang ini, ketinggian banjir di sekitar Sempaja Timur selalu berada di atas lutut kaki orang dewasa. Di beberapa titik, ketinggian air bahkan ada yang sudah sampai sepinggang orang dewasa.

Namun yang paling diresahkan warga yakni mulai menipisnya persediaan makanan dan minuman yang mereka punya. Sebab, sejak banjir mulai merendam Samarinda Utara dan sekitarnya pada Sabtu (11/1/2020) lalu, bantuan makanan dan minuman dari Pemerintah Samarinda belum juga turun hingga Rabu (15/1/2020) sore.

Hal itu juga diakui Dewi Sari,36. Sebagai salah satu warga terdampak banjir, Dewi mengaku, sejak tiga hari terakhir, dia dan keluarganya mengandalkan makanan dan minuman dari yang dia beli sendiri.

Dewi berharap, dengan bencana banjir yang sudah terjadi selama tiga hari terakhir, pemerintah dapat segera mengambil langkah berupa mendistribusikan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sebab, stok makanan yang dia miliki maupun warga korban banjir yang lain semakin terbatas. “Semua makanan dan minuman yang saya makan dengan keluarga, kami beli sendiri,” ucap perempuan yang tinggal di RT 37, Jalan Terong, Sempaja Timur tersebut.

Sejak banjir melanda tempat dia bermukim tiga hari lalu, Dewi dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi sementara di Masjid Al Muhajirin. Di tempat itu, Dewi tidak sendiri. Beberapa warga yang tinggal di sekitar kawasan itu pun memilih mengungsi di masjid tersebut.

Dewi sangat berharap pemerintah bergerak cepat membantu warga korban banjir. Apalagi banyak di antara mereka yang terdampak banjir adalah anak-anak. Selain mengharapkan makanan siap saji, Dewi dan korban banjir yang lain mengharapkan bantuan seperti pempers anak kecil, minyak kayu putih, dan obat nyamuk.

“Ada banyak anak-anak juga yang mengungsi di masjid ini. Makanya, kami sangat membutuhkan pempers anak kecil, termasuk obat-obatan,” pintanya.

Hal serupa juga diutarakan Sumiyati, 39. Warga Kelurahan Sempaja Timur yang tinggal di RT 32 itu juga menjadi salah satu yang rumahnya terdampak banjir. Ibu dua anak ini sudah mengungsi di Masjid Al Muhajirin sejak dua hari terakhir.

“Sejak saya mengungsi di masjid ini dua hari lalu, belum ada bantuan apapun yang kami dapatkan dari pemerintah. Biar nasi satu bungkus dan air minum pun belum ada yang diberikan kepada kami, Mas,” ucapnya.

Tidak berbeda jauh dengan Dewi, Sumiyati pun harus memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan mengandalkan biaya sendiri. Termasuk mengandalkan sisa stok makanan dan minuman yang dia sempat amankan sebelum banjir merendam isi rumahnya.

Yang membuat Sumiyati sedih bernapas lega, karena di sekitar masjid tempat dia mengungsi terdapat dua posko kesehatan yang dibuka Puskesmas Bbengkuring. Dengan begitu, dia tidak terlalu khawatir ketika kedua anaknya membutuhkan pengobatan atau perawatan selama mengungsi dari banjir.

“Iya, kami bersyukurnya, ada posko kesehatan yang didirikan di sekitar lokasi kami mengungsi ini. Karena ada banyak anak-anak juga di tempat ini,” katanya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Bengkuring, Dr Tiori Karo-Karo mengaku, pihaknya memang sudah biasa menyiapkan posko kesehatan untuk korban banjir di sekitar wilayah Sempaja Timur. Itu sebagai antisipasi ketika ada warga yang membutuhkan bantuan obat-obatan maupun perawatan medis.

“Pelayanan kesehatan di puskesmas kami pindah ke sini, biar bisa membantu warga korban banjir,” ujarnya.

Mengenai penyakit yang ditimbulkan akibat banjir, Dr Tiori mengaku, sejauh ini belum ada dia dapatkan. Misalnya penyakit gatal-gatal atau penyakit kulit. Umumnya, penyakit yang dikeluhkan warga seperti sakit tenggorokan, tensi, vertigo, batuk dan pilek.

“Dan semua itu tidak berkaitan dengan penyakit yang diakibatkan banjir. Sampai saat ini belum ada warga yang mengalami penyakit gatal-gatal,” tandasnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email