Bubur Peca, Makanan Khas Samarinda yang Bikin Rindu Ramadan

Bubur Peca, Makanan Khas Samarinda yang Bikin Rindu Ramadan

IBUKOTAKITA.COM – Bagi warga Kota Samarinda, utamanya yang biasa bertandang ke Masjid Shiratal Mustaqim di Jalan Pangeran Bendahara, Kecamatan Samarinda Seberang, aroma bubur peca pastinya akan selalu dirindukan. Makanan ini menjadi jamuan utama dan khas di masjid itu pada Ramadan, utamanya jika waktu berbuka puasa telah tiba.

Olahan makanan yang diracik dari bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, penyedap rasa, garam, dan santan itu, memang menjadi makanan khas Kota Tepian –sebutan Samarinda- yang selalu disajikan di Masjid Shiratal Mustaqim.

Kepada media ini, pengurus Masjid Shiratal Mustaqim Ishak Ismail bercerita, bubur peca sudah menjadi sajian khas masjid tersebut sejak berdiri pada 1881 silam. Walau telah melintasi puluhan generasi, jamuan bubur peca selalu dipertahankan setiap Ramadan tiba.

“Kalau sudah masuk Ramadan atau bulan puasa, kami memang selalu menyajikan bubur peca. Dan setiap harinya, sedikitnya untuk membuat bubur peca bisa menghabiskan beras 37kilogram-40 kilogram beras untuk memenuhi kebutuhan jamaah yang berbuka puasa di sini,” ungkap dia belum lama ini.

Cita rasa bubur peca diakuinya terbilang tidak berubah banyak sejak mulai disajikan puluhan tahun lalu. Selain karena memang para perempuan yang biasa membuat bubur peca masih mempunyai anak dan cucu yang selalu setiap mewarisinya dari waktu ke waktu.

“Biasanya, bahan untuk membuat bubur peca ini disumbang dari masyarakat yang ada di sekitar masjid ini. Dan yang datang berbuka puasa dengan bubur peca bukan hanya jamaah di masjid ini, tetapi ada yang dari jauh, yang memang sengaja mau merasakan bubur peca,” jelasnya.

Terpisah, Mardiana, salah seorang pembuat bubur peca di Masjid Shiratal Mustaqim bercerita, untuk membuat bubur tersebut memang tergolong tidak mudah. Sebagai koki utama pembuat bubur, keahlian membuat bubur itu didapatkannya dari ibu dan neneknya yang juga pembuat bubur peca di masjid yang sama.

Selain itu, membuat bubur peca sudah dilakoni Mardiana sejak 15 tahun lalu. Untuk membuat bubur peca setiap Ramadan tiba, dia didampingi oleh lima orang warga. Termasuk dibantu para muda-mudi yang berada di sekitar Masjid Shiratal Mustaqim.

“Kalau saat bulan puasa, saya dan beberapa warga lain mulai membuat bubur peca dari pagi [pukul 08.00 Wita]. Untuk kebutuhan lauknya saja, bisa 15 kilogram untuk 2 hari. Itu cuma ayam suwir. Dan sehari, ayam bisa sampai 5 ekor. Itu untuk sekitar 7 panci. Di situ sudah ada telur. Bisa juga daging dan ikan. Tapi semua tergantung dana yang tersedia saja sih,” jelasnya.

Perempuan asal Kecamatan Palaran itu mengakui, antara rumahnya dengan Masjid Shiratal Mustaqim memang tergolong cukup jauh. Namun semua itu ia abaikan, lantaran membuat bubur peca sudah menjadi kegiatan turun-temurun di keluarganya.

“Kebiasaan membuat bubur peca ini memang awalnya dari nenek. Kemudian dilanjutkan oleh ibu saya. Setelah itu berlanjut ke saya,” tuturnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email