Calon Penyangga Ibu Kota Baru, Ini Potensi Tazmania ala Sulawesi Selatan

Calon Penyangga Ibu Kota Baru, Ini Potensi Tazmania ala Sulawesi Selatan

IBUKOTAKITA.COM--Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulsel, yang dulunya terisolasi di wilayah paling utara Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki potensi pariwisata dan ekonomi. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyebut Seko dapat menjadi penyanggah pangan Ibu Kota Indonesia jika nantinya pindah ke Kalimantan Timur.

Kini jalur sepanjang 120 kilometer dari Kecamatan Sabbang hingga Kecamatan Seko telah terbuka dan digunakan fungsional. Jalur tersebut nantinya dapat mempersingkat jarak dari Luwu Utara menuju Kota Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) dan Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng). Seko dinilai dapat menjadi kawasan segitiga emas di Sulawesi.

“Seko punya banyak kelebihan dan dia masih virgin. Ini daerah tinggal ditata, dan sebenarnya masyarakat dunia butuh lokasi-lokasi seperti Seko ini, disamping untuk bisnis tentu Seko ini adalah salah satu destinasi yang tidak banyak dimiliki oleh kawasan-kawasan di daerah lain,” kata Nurdin di Seko, Rabu (1/1/2020) seperti dilansir detikcom.

Setelah jalur sepanjang 120 kilometer menuju Seko terbuka, Nurdin menargetkan tahun 2020 ini seluruh jalur tersebut telah diaspal dan dibangun jembatan di setiap sungai yang memotong jalur.

“Seko ini adalah segitiga emas, jadi kalau Seko ini kita bangun dengan baik maka kita akan berkolaborasi 3 provinsi. Yang paling dekat dengan Seko ini bukan Sulawesi Selatan, bukan Ibu Kota Luwu Utara, tapi yang paling dekat adalah Mamuju (Sulawesi Barat), yang kedua dekat dengan Palu (Sulteng),” ujarnya.

Hewan Ternak

Seko yang berada di ketinggian dan berada di antara lembah pegunungan safana dinilai strategis untuk budidaya hewan ternak seperti sapi hingga kerbau. Dalam beberapa kesempatan, Nurdin bahkan memimpikan Seko dapat menjadi layaknya Tazmania di Sulsel.

Nantinya Pemprov Sulsel akan menjadikan Seko sebagai range atau tempat budidaya hewan ternak seperti sapi hingga kerbau yang dilepas bebas. “Beberapa pemilik lahan di sini, saya titip ke dia, ‘jangan sampai nanti orang lain yang menikmati’. Jadi jangan kita tergiur dengan tiba-tiba ada yang mau beli lahan kita dengan harga yang tinggi. Tapi kita harus jaga betul-betul lahan ini agar disiapkan bagaimana untuk kemaslahatan semua masyarakat Seko,” kata Nurdin.

“Artinya investasi di range misalnya, banyak orang yang akan bekerja, berapa banyak masyarakat Seko yang bisa menikmati hasil dari range itu,” lanjutnya.

Lumbung Padi

Seko dikenal sebagai lokasi tumbuhnya padi dengan kualitas terbaik. Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani mengatakan ada 2 beras unggulan asal Seko yang telah diakui secara nasional.

“Di Seko ini terdapat 2 varitas unggulan padi dan sudah dilepas sebagai unggulan daerah, tinggal menunggu sedikit lagi, ada perbaikan dokumen dari Kementerian Pertanian untuk kita lepas sebagai unggulan nasional, yaitu beras varitas dambo dan tarone,” kata Indah di Seko.

Indah mengungkapkan, petani di Seko selama ini kerap menyimpan sendiri padi hasil panennya karena jalur yang sulit ditembus ke ibu kota kabupaten. Namun kini dengan terbukanya akses jalur membuat petani mudah memasarkan hasil padinya.

“Masyarakat Seko selama ini punya kebiasaan menyimpan hasil panennya. Kini dengan terbukanya akses jalur sudah tidak lagi,” ucap Indah.

Kopi dan Buah-Buahan

Salah satu produk unggulan yang dikenal masyarakat Sulsel di Seko ialah kopi.”Kopi di sana jenisnya robusta. Kalau kami cari ke pengepul biasa disebut kopi kolong, itu salah satu kopi terbaik di Sulsel,” ujar Adi, salah seorang pengusaha kopi di Kota Palopo saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

Lahan Seko yang subur dinilai tepat untuk membudiayakan beberapa produk tanaman seperti kopi hingga buah-buahan. Selain kopi, Pemprov Sulsel kini tengah mengkaji produk pangan yang tepat dikembangkan di Seko.

“Kita lagi kaji apa yang cocok kita kembangkan di Seko. Mungkin nanti akan muncul alpokat dari Seko, markisa dari Seko, kopi dari Seko. Kalau bisa bikin kopi rasa wine, saya ada di Bantaeng itu, kopi rasa wine. Itu dicari, produksinya tidak mampu kita penuhi. Jadi inovasi ini harus jalan,” kata Nurdin.

Leave your comment
Comment
Name
Email