Imlek Diprediksi Jadi Pendorong Inflasi di Balikpapan, Ini Penjelasan BI

Imlek Diprediksi Jadi Pendorong Inflasi di Balikpapan, Ini Penjelasan BI

IBUKOTAKITA.COM– Kenaikan cukai rokok, peningkatan curah hujan, dan Hari Raya Imlek diperhitungkan akan menjadi faktor pendorong inflasi di Balikpapan dan sekitarnya hingga Februari mendatang.

“Peningkatan curah hujan biasanya mengganggu distribusi barang dan bahan pangan dari luar Balikpapan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Bimo Epyanto di Balikpapan, Sabtu (4/1/2020).

Lahan pertanian Kota Minyak sendiri tidak cukup memberi hasil untuk dikonsumsi warga. Bahan-bahan pokok, terutama beras, didatangkan dari kabupaten di Penajam Paser Utara, Kutai Kartanegara, atau dari Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur.

Termasuk juga didatangkan dari daerah-daerah tersebut sayur-mayur dan bumbu-bumbu. Bawang merah, kentang, dan cabai, misalnya, diimpor dari pusat pertanian Jawa Timur.

Dari daerah-daerah penghasil tersebut semua dikirim via truk dan kapal laut, sementara curah hujan tinggi dan angin kencang membuat gelombang tinggi, dan bisa menghambat perjalanan kapal sampai pelabuhan di Balikpapan.

Keterlambatan kapal pengangkut sampai Balikpapan membuat stok tidak stabil sementara permintaan tetap atau di momen tertentu, meningkat. Harga cabai pun bisa meroket hingga Rp150.000 per kg.

Kenaikan cukai rokok mengikuti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 152/PMK/010/2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Cukai rokok naik 23 persen yang mengakibatkan harga rokok naik sampai 35 persen.

Salah satunya, Marlboro Merah. Kini rokok tersebut di jual seharga Rp30.000 per satu bungkus isi 20 batang, dan Marlboro kemasan hitam dengan isi batang yang sama dipatoknya seharga Rp28.000.

“Nanti kalau sudah stok baru yang sudah ganti harga di pita cukainya, baru saya jual sesuai harga di cukai itu,” kata Budi, pemilik warung di Km 5 Jalan Soekarno-Hatta.

Saat ini, rokok Marlboro kemasan merah isi 20 sigaret dijual Rp28.000 per bungkus, dan akan naik menjadi Rp30.000 per bungkus. Gudang Garam Surya Pro kemasan merah isi 16 batang naik dari Rp18 ribu menjadi Rp20.000.

Selanjutnya kebutuhan akan berbagai bahan pangan dan lain-lain untuk memeriahkan Hari Raya Imlek juga diperkirakan akan memberi andil pada inflasi.

Sebelumnya, pada Desember 2019 lampau, inflasi di Balikpapan tercatat sebesar 0,68 persen, meningkat dibanding periode sebelumnya yang 0,14 persen. Penyebabnya adalah harga tiket pesawat, selain juga pasokan bahan makanan yang terhambat sementara permintaan naik menjelang Natal dan Tahun Baru.

“Inflasi Desember didorong oleh kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, yaitu oleh kenaikan tarif angkutan udara pada momen Natal dan Tahun Baru, meningkatnya harga sayur-sayuran seperti kangkung dan kacang panjang sebab pasokan terhambat akibat cuaca serta kenaikan harga telur ayam ras karena peningkatan permintaan, juga untuk momen Natal dan Tahun Baru,” papar Kepala Perwakilan Bank Indonesia BI Balikpapan Bimo Epyanto.

Bimo menegaskan Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan untuk memastikan inflasi tetap rendah dan stabil tidak lebih dari 3 plus minus 1 persen pada tahun 2020.

Leave your comment
Comment
Name
Email