Rocky Gerung "Sentil" Samarinda Kaltim, Soal Apa Ya?

Rocky Gerung “Sentil” Samarinda Kaltim, Soal Apa Ya?

IBUKOTAKITA.COM–Pembangunan Kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang masih mengandalkan sektor pertambangan mendapatkan kritikan dari Rocky Gerung.

Sebagai ibu kota provinsi, dia menilai, semestinya Samarinda bisa berinovasi lebih untuk mencari sumber pendapatan ekonomi daerah.

Hal itu disampaikan Rocky saat menghadiri salah satu acara di Samarinda akhir pekan kemarin. Menurut dia, Samarinda semestinya dapat jauh lebih baik lagi sebagai Ibu Kota Provinsi Kaltim. Di mana, Samarinda mempunyai potensi besar sebagai kota jasa.

“Samarinda adalah nama di siang hari, saat malam tiba, namanya akan menjadi Samarindu,” ujar mantan dosen Universitas Indonesia ini.

Tidak hanya itu, Rocky juga mengkritik Pemerintah Samarinda yang tidak mampu mengenali dan mengelola potensi Sungai Mahakam. Sebagai salah satu sungai terpanjang di Indonesia, Sungai Mahakam mestinya dapat menjadi daya pikat bagi bisnis pariwisata di Samarinda.

“Seharusnya Sungai Mahakam ini bisa menjadi daya pikatnya Samarinda. Yang mana saat sepasang kekasih menikmati kota di pinggir sungai, itu yang akan menciptakan Samarindu,” jelas pendiri Setara Institute ini.

Menurut dia, jika Pemerintah Samarinda bahkan Pemerintah Kaltim melihat secara serius potensi yang dimiliki Sungai Mahakam, maka hal itu dapat menjadi daya ekonomi baru yang begitu luar biasa bagi masyarakat.

Ada sejumlah pertimbangannya, antara lain dengan mengembangkan ekonomi wisata melalui Sungai Mahakam, geliat ekonomi kerakyatan akan tumbuh subur. Yang tidak kalah penting adalah, dengan mengembangkan Sungai Mahakam sebagai destinasi wisata, pemerintah tidak harus merusak lingkungan dengan kebijakan menerbitkan izin pertambangan.

“Kondisi romance [Samarindu untuk wisata Sungai Mahakam atau tepian sungai] ini bisa terjadi apabila ekonomi pariwisata sudah bertumbuh,” sambungnya.

Dia berpandangan, di tengah reformasi ekonomi dunia saat ini, semestinya Pemerintah Samarinda maupun Kaltim mulai menghilangkan ketergantungan ekonomi pada bahan baku fosil, misalnya batu bara, serta minyak dan gas (migas).

Sistem ekonomi yang hanya mengandalkan pada hasil sumber daya alam tidak terbarukan, akan lambat laun mengikis kehidupan masyarakat itu sendiri. Karena, di balik kekayaan yang disajikan dari ekonomi pertambangan, ada keberlangsungan lingkungan yang dipertaruhkan.

“Begitu ada orang yang baru mendapatkan gelar sarjananya hari ini, besok dia tidak mengerti lingkungan, maka lusa selanjutnya dia akan menjadi orang dungu,” ketusnya. (Dirhanuddin)

Leave your comment
Comment
Name
Email