TPID Balikpapan Bersiap Hadapi Tantangan Inflasi Semester II

TPID Balikpapan Bersiap Hadapi Tantangan Inflasi Semester II

IBUKOTAKITA.COM-Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Balikpapan, Kalimatan Timur (Kaltim), melaksanakan pertemuan tingkat tinggi. Temanya evaluasi inflasi semester I 2020 dan strategi pengendalian inflasi Balikpapan pada Semester II.

Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Balikpapan, Rizal Effendi mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal penting yang perlu dijaga dan menjadi prioritas di tengah pandemi Covid-19. Adanya pandemi dapat berdampak terhadap kelancaran distribusi dan produksi barang terutama bahan pangan dengan penerapan kebijakan pembatasan sosial.

“Hal ini penting mengingat lebih dari 90 persen kebutuhan pangan pokok masyarakat Kota Balikpapan masih mengandalkan supply dari daerah lain. Misalnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah strategis dan inovatif untuk menjaga ketahanan pangan.” katanya, Selasa (14/7/2020).

Anggota TPID Balikpapan, Bimo Epyanto mengatakan bahwa inflasi di daerahnya pada Juni tercatat sebesar 0,28 persen secara bulanan atau 1,16 persen dibandingkan tahun lalu.

“Sedangkan secara kumulatif angka inflasi dari Januari hingga Juni 2020 tercatat sebesar 1,16 persen. Sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Kalimantan Timur sebesar 0,85 persen maupun inflasi nasional 1,09 persen,” katanya

Bimo yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi dinamika inflasi pada triwulan II. Di antaranya kebijakan terkait angkutan udara dan faktor seasonal yaitu Ramadhan dan Lebaran.

“Selain itu dampak kenaikan harga emas perhiasan sebagai pengaruh dari kenaikan harga emas di pasar internasional dan fluktuasi nilai tukar rupiah,” jelasnya.

Namun demikian, adanya wabah pandemi Covid-19 turut memengaruhi penurunan konsumsi masyarakat yang berdampak terhadap rendahnya inflasi sepanjang triwulan II dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara rata-rata, inflasi yang terjadi pada masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I. Hal ini didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara dan adanya gangguan pasokan komoditas bahan makanan seperti bawang merah, daging ayam ras, dan sayur-sayuran.

Bimo menambahkan bahwa pengendalian inflasi di Balikpapan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Penyebabnya ada kendala yang bersifat struktural seperti terbatasnya lahan pertanian yang menyebabkan ketergantungan pasokan dari daerah lain.

Di sisi lain tantangan nonstruktural seperti masih minimnya kuantitas dan kualitas data terkait pangan ditambah wabah pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya ketidakpastian harga sejumlah komoditas.

“Pada semester II ini TPID Balikpapan mencermati adanya beberapa risiko inflasi yang bersumber dari peningkatan permintaan pada momen Hari Raya Idul Adha pada Juli, perayaan Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun 2020,” jelas Bimo.

Bukan hanya itu, adanya penurunan pasokan daging ayam ras dan telur ayam ras dampak minimnya ketersediaan DOC, anomali Iklim dengan curah hujan cenderung masih tinggi hingga pertengahan semester II, serta fluktuasi tarif angkutan udara dan harga emas perhiasan pada era new normal karena ketidakpastian permintaan. (JIBI/Bisnis Indonesia/Jaffry Prabu P.)

Leave your comment
Comment
Name
Email