Wow! Ada 18 Jenis Durian Asli dari Hutan Kalimantan Timur

Wow! Ada 18 Jenis Durian Asli dari Hutan Kalimantan Timur

IBUKOTAKITA.COM-Durian merupakan buah musiman yang biasnaya dicari para pencinta durian. Selama ini, orang hanya mengenal durian berasal dari Sumatra dan sebagian Jawa. Padahal, kenyataannya Kalimantan pun juga menghasilkan durian.

Lantas bagaimana di Kalimantan Timur? Sebagai kawasan hutan hujan tropis yang dilintasi garis katulistiwa, Kaltim juga surganya durian. Ada beragam jenis durian yang menjadi tanaman endemik Pulau Kalimantan. Biasanya yang paling terkenal adalah jenis elai. Buahnya lembut, tidak basah, dan tidak mengeluarkan aroma menyengat khas durian.

Agus Priyono, Penyuluh Pertanian Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kutai Kartanegara, mengatakan setidaknya ada 18 jenis durian yang tumbuh di hutan Kaltim. Bahkan dia meyakini sebenarnya ada 19 jenis, namun satu jenis durian masih jadi perdebatan apakah masuk dalam kategori durian atau tidak.

“Di hutan Kaltim, sebenarnya banyak sekali ditemukan jenis-jenis durian khas yang berbeda dari durian di tempat lain. Semuanya bisa dengan mudah ditemukan di hutan-hutan,” kata Agus yang bertugas di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Loa Janan seperti dikutip dari Liputan6.com, belum lama ini.

Sebaran pohon durian, katanya, mulai dari Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, hingga ke hulu Sungai Mahakam alias pedalaman Kalimantan. Dengan usaha sedikit masuk hutan, maka pohon-pohon durian bertebaran tanpa perlu dirawat.

Jika beruntung masuk hutan saat musim buah, buah durian akan jatuh dengan sendirinya dan tinggal menikmati. Warga lokal biasanya masuk hutan, berkemah, menunggu durian jatuh dengan sendirinya dari pohon, lalu menjualnya di pusat-pusat keramaian warga.

“Musim buah durian di Kaltim itu mulai akhir tahun, biasanya awal bulan November, dan berakhir sekitar bulan Februari tahun depannya,” paparnya.

Ciri khas durian endemik Kaltim adalah bentuknya yang kecil. Seukuran telapak tangan orang dewasa. Sebut saja durian lahong. Selain kecil, keunikan lainnya ada pada warna kulitnya yang merah.

“Lahong ini rasanya seperti peppermint, sehingga kadang banyak orang yang tidak suka. Selain itu dagingnya juga tipis. Keunggulannya hanya di keunikannya saja karena warna kulitnya merah,” kata Agus.

Ada pula durian terong. Bentuknya sangat mini. Namun rasanya bisa diadu dengan durian lain di Indonesia. Di kala musim durian seperti saat ini, durian Terong bisa menjadi primadona paling dicari pembeli.

Adalagi durian yang sedang naik daun karena rasanya. Durian mandong namanya. “Rasanya mirip durian tapi tak mengeluarkan aroma durian yang banyak orang tak suka. Dagingnya tidak basah dan sangat lembut. Cocok bagi mereka yang ingin makan durian tapi kadang terganggu dengan aromanya,” ujar Agus.

Jenis durian yang tak kalah unik adalah kertongan. Durian ini kecil, dan memiliki duri yang lebih panjang serta tajam dibanding jenis durian lainnya. Meski kecil tapi dagingnya tebal dengan tekstur lembut. Rasanya manis dan ada sedikit pahit yang menambah sensasi berbeda dalam menikmati durian.

“Populasi pohon kertongan jauh lebih banyak dari lahong. Kertongan mudah ditemukan di hutan-hutan meski dekat dengan kota,” tambah Agus.

Meski sudah tercatat ada 19 jenis durian, namun klasifikasi durian endemik Kaltim belum sepenuhnya tuntas. Penelitian masih terus dilakukan termasuk menciptakan varietas durian baru.

“Contohnya Durian mandong. Durian persilangan ini masih jadi perdebatan apakah masuk klasifikasi durian atau bukan. Karena dari hasil penelitian, struktur DNA-nya berbeda dari durian lain. Jadi beberapa peneliti tak memasukkannya ke dalam jenis durian, meski bentuknya seperti durian,” sebut Agus.

Penelitian soal durian endemik di Kaltim memang masih terus berlangsung. Namun patut disayangkan, tak ada varietas durian yang dilepas meski Kaltim surga pohon durian. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia atau negara-negara pengekspor durian yang selalu punya varietas baru.

“Ini bukti kita masih tertinggal dalam pengembangan durian. Namun kita unggul di uniknya. Tapi jika daerah lain ikut mengembangkan keunikan durian Kaltim, kita semakin tertinggal,” sebut Agus.

Keunikan durian Kaltim harusnya bisa menjadi daya jual tersendiri dan bersaing dengan daerah penghasil durian lainnya. Hanya saja, belum ada masyarakat yang serius budidaya pohon durian. Sehingga kebanyakan hasil durian di Kaltim diambil dari hutan.

“Kita di sini punya variasi durian yang unik. Elai saja variasnya banyak yang bisa dijadikan andalan untuk bersaing dengan daerah-daerah yang punya varietas bagus,” paparnya.

Padahal, sebut Agus, dalam satu hektar, bisa menghasilkan uang hingga Rp1 miliar dari pohon durian saja. Sebagai penyuluh pertanian, Agus kerap menghadapi warga yang tak serius belajar budidaya.

“Ini hambatan kita. Menanam durian hanya sebagai sampingan, kurang belajar menanam. Tidak diseriusi meski hasilnya luar biasa,” kata Agus.

Dia berkeyakinan, jika ada yang serius budidaya durian, maka durian jenis Elai dan Mandong bisa diunggulkan karena keunikannya. Dengan pola penanaman baik dan panen berkelanjutan, dua jenis durian ini bakal bisa bersaing dengan durian lain.

Di suatu pagi yang dingin, Agus Priyono keluar dari Pos Penyuluhan Desa Batuah di Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Kabut pagi masih menyelimuti desa dengan hawa dingin khas kawasan tropis.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak kebun elai milik warga dengan pohon-pohon berjajar rapi. Musim buah sedang berlangsung sehingga menawarkan pemandangan menarik. Pucuk-pucuk batang pohon sedang dipenuhi buah Elai. Menunggu jatuh lalu dipanen.

Tak jauh dari kebun durian, deru mesin saling bersahutan. Aktivitas tambang batubara tak pernah berhenti. Seolah tak peduli jika sekarang sedang musim buah.

“Konsep awal yang kita bangun di desa ini adalah agrowisata kebun durian. Namun tak semua pemilik kebun serius budidaya,” kata Agus.

Agus bercerita soal upaya mendampingi warga dalam menanam durian, namun semuanya runtuh saat perusahaan tambang batubara datang. Perusahaan itu menawarkan pelepasan lahan dengan harga tinggi. Warga pun tergiur.

“Belajar budidaya saja sudah tidak serius. Menanamnya jadi asal-asalan. Dengan harapan jika ada perusahaan datang membeli lahan mereka, pohon-pohon yang ditanam masuk dalam komponen yang harus diganti rugi. Agrowisata kebun durian hanya jadi mimpi,” keluhnya.

Saat ini yang serius melakukan budidaya durian adalah para pencinta durian yang kadang datang dari luar Kaltim. Mereka membeli lahan dan berinvestasi menanam durian. Agus pun dengan sukarela melakukan pendampingan.

Leave your comment
Comment
Name
Email