Harga Komoditas Pokok di Kalimantan Timur Turun 0,37 persen

Harga Komoditas Pokok di Kalimantan Timur Turun 0,37 persen

IBUKOTAKITA.ID–Harga komoditas kebutuhan pokok di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Oktober 2019 mengalami penurunan (deflasi) 0,37 persen, atau terjadi perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 140,41 pada September 2019 menjadi 139,89 pada Oktober 2019.

“Berdasarkan deflasi sebesar ini, maka pada Oktober 2019 terjadi inflasi tahun kalender di Oktober 2019 sebesar 1,03 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 1,51 persen,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Anggoro Dwitjahyono di Samarinda, Jumat (1/11/2019) seperti dilansir Antaranews.

Menurutnya, IHK merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga baik inflasi maupun deflasi di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK, lanjut dia, dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

Deflasi di Kaltim dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 1,28 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami deflasi 0,96 persen, kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga berdeflasi 0,07 persen, kemudian kelompok kesehatan dengan deflasi 0,05 persen.

Sedangkan untuk tiga kelompok lainnya mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,26 persen, kelompok sandang berinflasi 0,17 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,01 persen.

Jika diperinci menurut kota, katanya, maka pada Oktober 2019, Kota Samarinda mengalami deflasi 0,12 persen dengan IHK 139,43. Sementara Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,69 persen dengan IHK 140,49. Pada Oktober 2019, inflasi tahun kalender Kota Samarinda sebesar 1,02 persen dan inflasi tahun ke tahun di Samarinda sebesar 1,20 persen.

“Sedangkan inflasi tahun kalender di Kota Balikpapan sebesar 1,05 persen dan inflasi tahun ke tahun di Kota Balikpapan pada Oktober 2019 sebesar 1,93 persen,” katanya. Ia juga mengatakan, dari 82 kota pantauan IHK nasional pada Oktober 2019, terdapat 43 kota mengalami inflasi dan 39 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,22 persen dan terendah terjadi di Pematang Siantar, Tual, dan Ternate dengan inflasi 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Balikpapan yang hingga minus 0,69 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Palopo dengan angka minus 0,01 persen.

Masih Terkendali

Sementara itu, Pemerintah Kota Balikpapan memproyeksikan hingga akhir tahun ini angka inflasi masih berada dalam kendali. Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi mengatakan selama 3 bulam terakhir kota minyak itu memang mengalami deflasi. Menurutnya kemarau panjang dan angin musim selatan sempat membuat pasokan yang masuk ke kota minyak tersendat.

“Tapi sekarang sudah aman. Kami perkirakan inflasi sampai akhir tahun masih terkendali,”ujarnya Minggu (3/11/2019) seperti dilansir Bisnis.

Senada, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Balikpapan Bimo Epyanto menyebutkan bahwa stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan tetap dilakukan guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil. Angka inflasi akan dikontrol dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3,5±1% pada akhir 2019.

Dia memproyeksikan ke depan terdapat sejumlah faktor yang masih akan memberi tekanan terhadap inflasi. Diantaranya kenaikan permintaan mendekati akhir tahun, masuknya musim hujan di daerah pemasok khususnya jawa yang dapat berisiko terhadap produktivitas tanaman holtikultura seperti cabai.

Kota Balikpapan mengalami deflasi pada Oktober 2019 dengan tren yang lebih rendah dibandingkan dengan deflasi pada bulan sebelumnya. Pada Oktober 2019, Kota Balikpapan mencatatkan deflasi sebesar -0,69% (mtm), dibandingkan deflasi periode sebelumnya yang sebesar -0,03% (mtm) maupun rata-rata deflasi bulan Oktober selama 3 tahun terakhir yang sebesar -0,32% (mtm).

Namun jika dilihat secara tahunan, inflasi IHK Kota Balikpapan mencatatkan angka sebesar 1,93% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,51% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan nasional sebesar 3,13% (yoy).

Bimo menjelaskan, inflasi tahunan kota Balikpapan tercatat terendah keempat di Pulau Kalimantan setelah Samarinda, Tanjung dan Singkawang. Selain itu, secara tahun kalender, inflasi pada Oktober 2019 mencapai 1,05% (ytd).

Menurutnya, deflasi pada Oktober disebabkan oleh penurunan harga kelompok bahan makanan terutama pada komoditas sayur-sayuran seperti kangkung, bayam dan sawi hijau karena kembali normalnya pasokan dengan mulainya musim hujan.

Tak hanya itu, deflasi juga didorong oleh penurunan harga ikan segar sejalan peningkatan produksi di tengah gelombang laut yang lebih kondusif.

“Penurunan tarif angkutan udara juga mendorong deflasi kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan. Di sisi lain, laju deflasi sedikit tertahan dampak kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau terutama pada komoditas rokok dan mi kering,” jelasnya.

Secara keseluruhan, Provinsi Kalimantan Timur (Gabungan Kota Samarinda dan Kota Balikpapan) pada Oktober 2019 terjadi deflasi sebesar 0,37% dengan tingkat inflasi tahun kalender sebesar 1,03% dan tingkat Inflasi tahun ke tahun sebesar 1,51%.

Pada Oktober 2019 terjadi deflasi -0,12% di Kota Samarinda dan deflasi sebesar -0,69 persen di Kota Balikpapan. Deflasi di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar -1,28% diikuti kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami deflasi sebesar -0,96%, kelompok pendidikan rekreasi dan olah raga sebesar -0,07% dan kelompok kesehatan dengan deflasi sebesar -0,05%.

Sementara itu 3 kelompok lainnya mengalami inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,26% kemudian kelompok sandang sebesar 0,17% dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,01%.

Leave your comment
Comment
Name
Email